Trowulan menjadi daya tarik utama dari wisata bersejarah yang ada di kabupaten ini, karena di Trowulan terdapat cukup banyak candi peninggalan dari Kerajaan Majapahit, makam dari raja-raja Majapahit, dan juga Pendopo Agung yang diperkirakan berada tepat pada pusat istana Majapahit. Kawasan pegunungan yang ada di selatan juga menjadi kawasan wisata andalan, di antaranya adalah Wisata Arung Jeram, Lokasi Outbound Training OBECH Wilderness Experience, Pemandian Air Panas di Tosari serta vila-vila untuk beristirahat di kawasan di Prigen.
Hal lain yang menarik adalah perkembangan dari industri besar di Mojokerto, antara lain di Kec Sooko yang terkenal sebagai sentra industri sepatu dan sandal, Kec. Trowulan terkenal akan kerajinan emas, perak, dan patung batu. Kec. Bangsal terkenal dengan produksi kerupuk rambaknya serta sekolah polisi negara. dan juga kec. dawarblandong sebagai penghasil cabe yang terbesar di jawa timur.
Kota Mojokerto memiliki beberapa Jenis Wahana Wisata, antara lain:
1. Wisata Alam
Air Terjun DlundungAlam pegunungan yang sejuk dan terdapat rimbunan pohon yang masih alami membuat air terjun Dlundung sebagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tempat wisata yang indah ini mudah untuk dicapai karena letaknya yang hanya berjarak 43 km dari pusat kota Mojokerto tepatnya di desa Kemloko Kec. Trawas sekitar 43km menuju arah selatan Mojokerto, dapat dicapai menggunakan mobil atau sepeda motor. Tempat wisata ini sangat cocok untuk bersantai dan melepas rasa lelah, untuk remaja yang suka berkemah, di kawasan wisata ini juga tersedia areal perkemahan yang cukup luas dan juga nyaman.
Air Terjun Grenjengan
Air Terjun Grenjengan berlokasi di Kawasan Wisata Pacet lereng utara Gunung Welirang. Tidak jauh dari lokasi wisata air terjun ini juga terdapat sebuah air terjun lain yaitu Coban Canggu. Letaknya di Desa Padusan, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto. Jarak dari pusat kota Mojokerto sekitar 31 km atau sekitar 2,9 km dari pusat kota Pacet menuju arah selatan. Akses untuk menuju Kawasan Wisata Pacet ini sangat mudah, dapat menggunakan kendaraan roda dua atau empat, dan kondisi jalan yang sudah baik.
Air Terjun Coban Canggu
Air Terjun Coban Canggu mempunyai ketinggian sekitar 71 meter dan batu cada yang kokoh pada dindingnya. Di bawah air terjun ini ada sebuah kolam penampungan yang bisa digunakan untuk bermain air atau hanya sekedar berendam. Objek wisata ini berada tidak jauh dari Kawasan Wisata Pacet yang ada di lereng utara Gunung Welirang pada ketinggian kurang lebih 800 meter. Lokasinya hanya berjarak beberapa ratus meter dari pintu masuk kawasan wisata tersebut.
Air Terjun Coban Kembar Watu Ondo
Coban Watu Ondo juga sering disebut Coban Kembar terletak di dalam kawasan Taman Hutan Rakyat Raden Soerjo yang ada di bawah lereng Gunung Welirang dan berbatasan antara Mojokerto dan kota Batu. Tepatnya terletak di Dusun sendi, Desa Pacet, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto. Berjarak sekitar 9 km dari ibukota kec. Pacet atau 3 km menuju arah barat dari pintu masuk Pemandian Air Panas Cangar.
Api Majapahit Bekucuk
Menurut legenda yang beredar pada sebagaian masyarakat, konon Api Ajaib Bekucuk sudah terkenal pada masa Kerajaan Majapahit. Api yang mengagumkan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh masyarkat untuk berbagai macam kepentingan.
Api Bekucuk pernah menjadi perhatian masyarakat pada Tahun 1933 yaitu bermunculan sumber-sumber api kecil dipekarangan dan rumah penduduk, sehingga Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengdakan peninjauan atau penelitian. Dan semenjak itu Api Bekucuk banyak menarik perhatian masyarakat.
Lokasi Api Bekucuk terletak di Dusun Bekucuk Desa Tempuran Kecamatan Sooko yang berjarak +-3 Km dari Kota Mojokerto yang mana dapat ditempuh dengan kondisi jalan yang cukup baik.
Wana Wisata Air Panas Padusan, Pacet
Letaknya satu jalur dan tidak jauh dari Pemandian Ubalan, hanya jalan yang ditempuh sedikit menanjak. Sumber air hangat yang konon dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit kulit.
Sungguh memberikan kesan tersendiri untuk dapat dikunjungi. Keadaan lingkungan alam sekitarnya yang masih sangat alami dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan hutan pinus dan semak belukar menambah suasana alam yang sangat menyejukkan dan memberikan rasa nyaman. Dan tidak jarang dilokasi sekitar dijadikan wadah kegiatan-kegiatan pemuda-pemudi Kepramukaan. Tidak jarang pula digelar panggung hiburan pertunjukkan musik pada waktu-waktu tertentu.
Bagi mereka yang ingin berendam dikehangatan air panas Pacet ini disediakan bak penampungan yang cukup luas. Disamping itu tersedia pula kolam renang air dingin yang cukup bersih. Fasilitas yang tersedia disana antara lain: Lapangan Parkir yang sangat luas dan aman serta lokasi khusu Souvenir, Buah-Buahan Segar, Sayuran khas Pacet dan juga Pedagang Kaki Lima yang siap melayani pembeli 1x24 jam dengan keramahan khas Pacet.
Lokasi : Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Mojokerto
Pemandian Ubalan
Karena disamping lokasi yang mudah dijangkau dan keadaan lingkungan yang masih sangat alami dimana banyak pepohonan tumbuh subur dan menghijau mengelilingi Objek Wisata ini. Dengan berbagai macam fasilitas yang memadai lokasi ini layak untuk dijadikan salah satu destinasi berlibur bersama keluarga.
Lokasi : Desa Padusan, Kecamatan Pacet, Mojokerto.
2. Wisata Sejarah Mojopahit
Reco Lanang
Reco Lanang adalah Arca yang terbuat dari batu andesip dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah wafat dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma, Dhyani Budha memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani Boddhisatwa. Setiap jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha, Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di wilayah Trowulan sekarang sudah banyak pemahat-pemahat yang membuat arca seperti peninggalan kerajaan Majapahit,sehingga tidak sedikit orang dari luar daerah bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti patung peninggalan dari kerajaan Majapahit.
Lokasi : Desa Kemloko Kecamatan Trawas 40 km dari Kota Mojokerto.
Pendopo Agung Mojokerto adalah sebuah bangunan khusus khas nuansa Mojopahit dan sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan kesenian, studi tour, lomba, tempat pertemuan dengan suasana yang teduh dan nyaman juga sebagai tempat untuk istirahat/rekreasi. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Tempat tersebut diyakini sebagai pusat kerajaan Majapahit. Bagian bangunan asli yang masih tersisa dari Pendopo Agung hanya 26 buah umpak (batu penyangga tiang) saja, sedangkan bangunan Pendopo Agung yang sekarang berdiri merupakan bangunan baru. Di pendopo ini pula, diyakini Mahapatih Gajah Mada dahulu mengikrarkan Sumpah Palapa (Palapa kemudian dipakai sebagai nama satelit komunikasi pertama yang ‘menyatukan’ komunikasi di seluruh Indonesia). Di depan Pendopo Agung, di sebelah kiri, terdapat patung sang Mahapatih, dan di depan pendopo terdapat patung Raden Wijaya.
Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Mojopahit beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Mojopahit. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi 3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan.
Candi Jolotundo
Candi yang terletak di lereng Gunung Bekal yang merupakan salah satu puncak dari Pegunungan Penanggungan. Tepatnya berada di Desa Seloliman Kecamatan Trawas ini terbuat dari batu kali dengan ukuruan panjang 16,85 m dan lebar 13,52 meter serta memiliki tinggi 5,20 m.
Menurut data sejarah, candi ini menunjukkan angka tahun 977 M dan disebelah kiri dinding belakang candi terdapat tulisan GEMPENG. Selain itu, disebelah sudut tenggara juga terdapat tulisannya.
Menurut para ahli sejarah, Candi Jolotundo merupakan Petirtaan yang dipersiapkan untuk Raja Udayana yaitu Raja Bali yang mempersunting putri Gunapriyadharmapatni dari Jawa dan dari hasil perkawinan ini pada tahun 991 lahirlah Raja Airlangga.
Candi Bajang Ratu adalah Gapura yang berbentuk PADU RAKSA ini mempunyai tiga bagian : kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Ada hiasan pada bagian atap berupa Kepala Kala diapit Singa. Relief Matahari, Naga berkaki, Kepala Garuda, dan Relief bermata satu. Di bagian kaki menggambarkan cerita Sri Tanjung mempunyai fungsi sebagai pelindung atau penolak marabahaya dan pada sayap kanan dihiasi relief cerita Ramayana. Kanan kiri pintu diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang. Gapura ini ada hubungannya dengan Raja Jayanegara. Gapura Bajangratu dibangun dari bata yang direkatkan satu sama lainnya degan sistem gosok, kecuali pada ambang pintu dan anak tangga terbuat dari batu andesit. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 11,5 m, lebar 10,5 m. Tinggi bangunan 16,5 m dan lorong pintu masuk lebarnya 1,4 m. Lokasinya berada du Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan.
Mengutif dari buku Drs I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe “paduraksa” yaitu gapura yang memiliki atap. Secara keseluruhan candi ini terbuat dari Batu Bata Merah, kecuali lantai tangga serta ambang pintu yang dibuat dari batu andesit. Bangunan ini berukuran panjang 11,5 m dan lebar 10,5 m, tingginya 16,5 m dan lebar lorong pintu masuk 1,4 m.
Sejenak bila kita melihat candi ini, secara vertikal dapat dibagi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. Selain itu gapura mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada bagian kaki gapura ada hiasan yang mengambarkan cerita “Sri Tanjung”, di bagian tubuh diatas ambang pintu ada hiasan kala dengan hiasan sulur suluran, dan bagian atapnya terdapat hiasan berupa kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan reliaef bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi relief sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.
Candi Bajangratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara pada tahun Saka 1250 atau tahun 1328 Masehi. Bajangratu sendiri dalam bahasa jawa kuno berarti kecil, naik tahta menjadi raja waktu masih kecil, dan konon itu terjadi pada Raja Jayanegara.
Pendirian Candi Bajangratu sendiri tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief yang terdapat di bangunan, diperkirakan candi ini dibangun pada abad 13 – 14, dan selesai dipugar pada tahun 1992.
Lokasi berdirinya Candi Bajangratu ini letaknya relatif jauh (2 km) dari dari pusat kanal perairan Majapahit di sebelah timur,saat ini berada di dusun Kraton, desa Temon 0,7 km dekat dari candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol, yakni dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yg langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit, menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.
Keberadaan candi ini juga tak lepas dari sebuah kepercayaan yang masih melekat dibenak masyarakat setempat. Adalah suatu pamali bagi seorang pejabat pemerintahan untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajangratu ini, karena dipercayai hal tersebut bisa memberikan nasib buruk. Boleh percaya atau tidak, namun mungkin ada baiknya untuk dicoba.
Candi Tikus
Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru. Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani.
Di tengah Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran/jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci amrta, yaitu sumber segala kehidupan.
Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Candi Brahu
Candi Brahu tersebut terbuat dari bata dan berasal dari masa Empu Sendok Majapahit. Candi ini merupakan candi agama Budha. Candi Brahu tidak memiliki hiasan, hanya bagian atap terdapat sisa bagian dasar stupa.
Disekitar Candi banyak ditemukan benda-benda yang juga menunjukkan ciri-ciri Budhisme. Yang menurut cerita rakyat Candi Brahu merupakan tempat simpan abu para raja-raja Majapahit yaitu Brawijaya setelah dilakukan Pembakaran Jenazah Raja-Raja Majapahit diantaranya Brawijaya I, II, III dan IV. Setelah dibakar abunya disimpan didalam goa yang terdapat didalam candi tersebut.
Lokasi: Desa Bejijong, Trowulan
Candi Brahu dan Gentong
Lokasinya di desa Bejijong, Kec. Trowulan. Candi Brahu terbuat dari bata yang berasal dari jaman empu Sendok Majapahit. Candi ini adalah candi agama Budha, Candi Brahu tidak memiliki hiasan, hanya saja pada bagian atap ada sisa bagian dasar stupa. Sekitar candi banyak ditemukan benda-benda seperti candi agama buddha pada umumnya. Menurut legenda dari cerita rakyat Candi Brahu adalah tempat penyimpanan abu para raja-raja Majapahit yaitu Brawijaya, pembakaran raja-raja Majapahit diantaranya adalah Brawijaya I,II,II dan IV. Setelah dibakar, kemudian abunya disimpan di dalam goa yang ada dalam candi.
3. Wisata Budaya
Tradisi Grebeg Suro Majapahit adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Suro kalender Saka. Tradisi ini di pelopori oleh Yayasan Among Tani. Rangkaian kegiatannya antara lain : Ziarah ke makam leluhur dan pahlawan, pentas kesenian dan makanan rakyat, grebeg suro (arak-arakan dengan kostum era kejayaan Majapahit dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tradisi Grebeg Suro secara keseluruhan dimaksudkan sebagai bagian dari ruwat agung (permohonan keselamatan dan kesejahteraan) bagi bumi nusantara.
Seni Bantengan.
Seni Bantengan adalah Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.
Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan - gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai. Begitulah cerita singkat seni Bantengan!
4. Wisata Religius
Wisata Religius Makam TroloyoObyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (Syech Jumadil Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH Nawawi pada tahun 1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam, yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo dan Kelompok Makam Syech Jumadi Kubro. Kelompok makam inilah yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden sering disebut sebagai kubur pitu.
Para peziarah itu datang dari dalam da luar Mojokerto, serta ada pula yang datang dari luar Jawa. Peziarah datang ke makam itu berbagai tujuan. Ada yang datang ingin tahu keberadaan Makam Troloyo, ada pula yang datang untuk memberikan doa kepada leluhur Walisongo dengan membacakan ayat-ayat suci Al Quran. Ada pula pezirah yang datang untuk mendapat ilmu relijius dari para leluhur yang berada di makam itu.
5. Wisata Seni
Pengantin Mojo Putri |
Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan. Buat anda pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan tidak ada salahnya menggunakan busana penganting Mojoputri ini siapa tahu lebih keren dan ikut melestarikan budaya ala kerajaan Majapahit.Sebagai kekayaan budaya masyarakat Mojokerto tata rias pengantin Mojoputri diangkat dari bukti hasil penelitian-penelitian sejarah. Busana pengantin Mojoputri yang merupakan hasil alkuturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang menyolok tata rias pengantin Mojoputri yang mengikuti corak dandanan jaman Majapahi, jaman kebesaran Islam Demak-Mataran dan jaman penjajahan Belanda. Busana pengantin Mojoputri biasanya dikenakan oleh masyarakat Mojokerto yang melangsungkan suatu pernikahan. Buat anda pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan tidak ada salahnya menggunakan busana penganting Mojoputri ini siapa tahu lebih keren dan ikut melestarikan budaya ala kerajaan Majapahit.
Kesenian Ujung Penggalan Majapahit
Pada masa R.Wijaya membuka (babat) hutan tarik yang kemudian hari bakal menjadi pusat Kerajaan Majapahit bersama pendukungnya mengalami berbagai kesulitan hambatan dan perlawanan dari para danyang,jin,peri,perayangan untuk menambah kekuatan fisik dan mental spiritual, R. Wijaya memberikan bekal jaya kawijayan/kesaktian menggunakan senjata Sodo Lanang. Atraksi kesenian ujung diadakan pada saat hari baik tatkala bulan purnama ditempat khusus seperti tanah lapang,muka balai desa,muka pendopo Agung dan candi-candi peninggalan Majapahit. Kesenian Ujung perkembangannyasekarang menampilkan bentuk kreatif antara lain dengan menggunakan alat-alat pukul "Sodo Lanang" dalam ukuran gede ditambah dengan penampilan sehingga seperti reog/jahilan,Warog Ponorogo,lawak lokal dan tampilan penaripenari cantik sehingga semakin memukau yang menyaksikan.
No comments:
Post a Comment